MARTAPURA – Haul ke-218 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari atau yang dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan dibanjiri ribuan jemaah di Masjid Jami Tuhfaturraghibin, Desa Dalam Pagar Ulu Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Senin (15/4).
Banyaknya jemaah yang hadir dalam haul kemarin, membuat Ketua DPRD Kalsel H Supian HK terkesan hingga terkagum-kagum.
Meski Kota Martapura dan lokasi haul sempat diguyur hujan sebelum acara haul dimulai, tidak menyurutkan antusias jemaah untuk hadir. Bahkan saling membantu untuk kelancaran acara.
Menurut politisi senior Partai Golkar itu, terlihat ukhuwah islamiah masyarakat Kalsel sangat membanggakan. “Ini terlihat dari jemaah haul yang saling bantu membantu untuk kelancaran acara, baik itu kelancaran lalu lintas maupun distribusi makanan dan minuman untuk jemaah yang datang dari luar kota,” tutur Supian HK.
Dikatakannya, Datu Kelampayan merupakan ulama besar yang ada di Bumi Lambung Mangkurat. Ilmu dan pengetahuan beliau merupakan anugerah bagi masyarakat Kalsel, yang diamalkan hingga saat ini dan seterusnya.
Datuk Kelampayan adalah pengarang kitab fiqih. Salah satunya kitab Sabilal Muhtadin yang menjadi rujukan dunia saat ini. Pada haul kemarin, turut hadir Gubernur Kalsel Sahbirin Noor atau akrab disapa Paman Birin, Ketua TP-PKK Kalsel Raudatul Jannah atau Acil Odah, Habib Ali bin Abdullah Alaydrus, Pimpinan Madrasah Darussalam Tahfiz dan Ilmu Al-Qur’an Martapura KH Wildan Salman, Pengasuh Ribath Nouraniyah Hasyimiyah Buya Arrazy Hasyim, hingga Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa.
Peringatan haul dimulai dengan pembacaan selawat, kalam ilahi, manakib atau riwayat hidup Datu Kelampayan hingga doa. Dalam sambutannya, gubernur menyampaikan kita patut bersyukur lahir di Bumi Lambung Mangkurat, tanah yang batuah, tanah kelahiran Datu Kelampayan. “Bersyukurlah kita hidup di Banua, di mana di bumi ini pernah hadir ulama. Beliau belajar ke Makkah, menuntut ilmu berpuluh tahun, kemudian kembali ke Banua, dan kitab beliau Sabilal Muhtadin menjadi rujukan, kemudian juga menjadi nama masjid kebanggaan Kalsel di Banjarmasin,” ucapnya.
KH Zulfa Mustofa menyampaikan manuskrip kitab Sabilal Muhtadin Fittafaquh Biamriddin ditemukan oleh Ginanjar, seorang ahli filologi NU di koleksi Perpustakaan Universitas King Saud Riyad KSA dengan nomor kode 2318. “Dalam data identitasnya disebutkan, jika naskah ini adalah tulisan tangan sang pengarang, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada hari Ahad 27 Rabiul Akhir 1196 H atau bertepatan dengan 22 April 1781 M atau 244 tahun silam,” ungkapnya.
Jika saat ini masyarakat memperingati haul Datu Kelampayan ke-218, itu artinya kitab tersebut ditulis dalam manuskrip, 26 tahun sebelum Syekh Arsyad wafat. “Religius dan agamais penduduk Banjar dan Kalimantan yang kita saksikan hari ini, terlebih haul seperti ini, menurut saya adalah buah kuatnya kerja sama ulama dan umara sejak zaman Datu Kelampayan sampai sekarang,” tuturnya.(mof/gr/dye)